KERJASAMA INDONESIA DENGAN US-IDFC

KERJASAMA INDONESIA DENGAN US-IDFC 
(United States International Development Finance Corporation)
IDFC beroperasi BUKAN HANYA BISNIS, tapi juga POLITIK, maka setiap bantuan akses permodalan dan financial TIDAK ADA YG GRATIS.

BIasanya mereka menentukan bandul politik dan regulasi yg ramah bagi mereka. Termasuk MENENTUKAN siapa yg layak jadi PRESIDEN.

November 2020, US IDFC sudah menjalin kerjasama permanen dg Indonesia. Karena itu diperlukan ground  landing, yaitu LPI (Lembaga Pengelola Investasi ) atau INA.

*
Mungkin semua sudah tahu apa itu US-IDFC (United States International Development Finance Corporation). Ini adalah lembaga keuangan AS yg bertugas khusus pembiayaan di luar negeri. Khususnya negara yg jadi target soft power AS dalam rangka mendukung kepentingan dalam negeri AS. 

Maklum hampir di seluruh dunia, ada perusahaan AS beroperasi. Nah IDFC bertugas secara kelembagaan memberikan dukungan dana, dg tujuan geostrategis AS. 

IDFC itu didirikan tahun 2018. Kemudian tahun 20 Desember 2019 tiga lembaga raksasa di merger kedalam IDFC yaitu Overseas Private Investment Corporation (OPIC) dengan Development Credit Authority (DCA) dari United States Agency for International Development (USAID). 

Jadi kebayangkan raksasanya. Bukan hanya dari asset tetapi juga dari sisi akses politik. Akses politik, adalah IDFC sebagai risk undertaking atas kebijakan dana pensiun di AS, termasuk punya swasta seperti Dapen Google, Apple , Microsoft dan lain lain. Jadi sumber daya keuangannya sangat raksasa.

US IDFC bukan hanya memberikan pinjaman langsung kepada negara lain, tetapi juga bisa private placement. 

Namun yg sangat besar magnit dan powernya adalah perannya sebagai insurance debt. Siapapun, negara manapun yg keluarkan bond, dan bila itu dijamin resikonya oleh IDFC, pasti marketable. 

Powernya sangat besar menarik sumber daya keuangan atau investor. Walau itu tidak tercatat dalam portfolio IDFC namun sebenarnya kekuatan IDFC adalah dari sisi trust dan risk taker yg memang negara lain atau Perusahaan sangat kurang soal itu.

Kalau dilihat struktur permodalan dan power IDFC, sebenarnya Negara AS hanya sebagai bendera. Kekuatan sebenarnya adalah konglomerat financial international. Mereka gunakan AS sebagai vehicle saja. Sementara tempat mereka beroperasi bisa dimana saja. Yg penting negara atau wilayah itu bisa jadi tempat nyaman untuk menyalurkan dana mereka dan melipat gandakannya lewat sistem kapitalisme. 

Tentu karena sifat IDFC beroperasi bukan hanya bisnis, tapi juga  politik, maka setiap bantuan akses permodalan dan financial tidak ada yg gratis. 

BIasanya mereka menentukan bandul politik dan regulasi yg ramah bagi mereka. Termasuk menentukan siapa yg layak jadi presiden. 

November 2020, US IDFC sudah menjalin kerjasama permanen dg Indonesia. Karena itu diperlukan ground  landing, yaitu LPI (Lembaga Pengelola Investasi ) atau INA.

#LPI_IndonesiaAS
#DDB
#DejaVu

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.